Sejarah Bika Ambon: Kue Khas Medan yang Penuh Cerita
Bika Ambon adalah salah satu kue legendaris yang sudah menjadi oleh-oleh wajib dari Medan, Sumatera Utara. Kue ini dikenal dengan teksturnya yang kenyal dan berongga, serta rasa manis yang lezat. Namun, meskipun nama “Ambon” melekat pada kue ini, asal-usul dan sejarah Bika Ambon tidak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa versi yang berbeda mengenai asal usul kue ini. Yuk, kita simak bersama Sejarah Bika Ambon Kue Khas Medan yang Penuh Cerita.
Asal Usul Nama “Bika Ambon”
Ada beberapa versi yang menjelaskan mengapa kue ini diberi nama Bika Ambon, meskipun sebenarnya kue ini berasal dari Medan. Berikut adalah beberapa versi yang berkembang di masyarakat:
1. Versi dari M. Muhar Omtatok, Sejarawan Medan
Menurut penjelasan dari M. Muhar Omtatok, seorang budayawan dan sejarawan, Bika Ambon terilhami dari kue Bika atau Bingka yang merupakan makanan khas Melayu. Bingka ini adalah kue tradisional yang biasanya terbuat dari campuran tepung sagu, telur, dan santan.
Seiring waktu, resep Bingka ini di modifikasi dengan tambahan bahan pengembang berupa nira atau tuak enau, yang membuat kue tersebut berongga dan berbeda dari kue Bingka pada umumnya. Modifikasi inilah yang menghasilkan Bika Ambon dengan tekstur kenyal dan berongga yang khas.
Selain itu, M. Muhar Omtatok juga menyebutkan bahwa kue ini dinamakan Bika Ambon karena pertama kali di jual dan populer di daerah Simpang Jalan Ambon-Sei Kera, Medan. Lokasi ini menjadi tempat di mana kue tersebut banyak dijajakan, sehingga nama “Ambon” digunakan untuk menyebut kue tersebut. Meski begitu, beberapa aspek sejarah ini masih perlu penelitian lebih lanjut.
2. Versi “Amplas Kebon”
Versi kedua yang cukup menarik adalah penjelasan bahwa kata “Ambon” dalam Bika Ambon merupakan akronim dari Amplas Kebon. Menurut cerita yang beredar, pada zaman kolonial Belanda, para imigran yang tinggal di daerah Amplas, sisi timur Sungai Deli, yang kemudian dikenal dengan nama Amplas Kebon, membuat kue Bikang (sejenis kue tradisional Melayu) dan menjualnya di Kota Medan.
Karena banyak diminati oleh warga Belanda dan Tionghoa pada saat itu, kue ini akhirnya menjadi sangat populer. Karena orang Medan suka menyingkat kata, Amplas Kebon akhirnya disingkat menjadi Ambon, yang kemudian menjadi nama dari kue tersebut. Versi ini lebih menyentuh pada kebiasaan lokal dalam menggunakan dialek Medan yang cenderung menyederhanakan kata-kata.
3. Versi Pengaruh Pedagang Ambon
Versi ketiga, meskipun tidak terlalu kuat argumentasinya, mengatakan bahwa kue Bingka (yang mirip dengan Bika Ambon) di bawa oleh para pedagang dari Ambon ke Malaysia. Dari Malaysia, kue ini kemudian di kenal dengan nama Bika Ambon. Namun, versi ini kurang meyakinkan karena tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa kue ini memiliki hubungan langsung dengan Ambon, Maluku.
4. Versi Kosakata Medan
Ada pula versi yang lebih sederhana, yaitu bahwa kata “Ambon” dalam Bika Ambon berasal dari bahasa Medan yang berarti lembut. Konon, orang Medan zaman dulu menyebut kue ini Bika Ambon karena teksturnya yang lembut dan kenyal. Sayangnya, kosakata ini sudah jarang di gunakan di Medan, sehingga versi ini tidak banyak di ketahui orang.
Bika Ambon dalam Sejarah Kuliner
Bika Ambon berasal dari tradisi kuliner Melayu, yang kaya akan penggunaan bahan-bahan alami seperti santan, tepung sagu, dan gula. Dengan menggunakan teknik yang berbeda dalam proses pemanggangannya, Bika Ambon menghasilkan tekstur yang unik dengan rongga-rongga kecil di dalamnya.
Proses pembuatan Bika Ambon memerlukan waktu dan ketelitian. Bahan-bahannya di campur secara tepat, kemudian di panggang dalam cetakan khusus. Teknik pemanggangan ini menghasilkan kue yang lembut dan kenyal dengan lapisan berongga yang menjadi ciri khas Bika Ambon.
Menjadi Oleh-Oleh Khas Medan
Pada awalnya, Bika Ambon hanya di kenal oleh masyarakat Medan dan sekitarnya. Namun, berkat popularitasnya yang semakin meningkat, kini kue ini sudah menjadi oleh-oleh khas Medan yang bisa di temukan di berbagai daerah di Indonesia, bahkan luar negeri.
Di Jalan Mojopahit di daerah Medan Petisah, ada sekitar 30 toko yang menjual Bika Ambon. Toko-toko ini bisa menjual lebih dari 1.000 bungkus Bika Ambon per hari, terutama menjelang hari raya. Ini menunjukkan betapa populer dan di minatinya Bika Ambon sebagai oleh-oleh khas kota Medan.
Selain rasa originalnya, kini banyak toko yang mulai mengembangkan varian rasa Bika Ambon, seperti durian, pandan, dan cokelat. Meskipun ada banyak variasi, rasa asli Bika Ambon tetap menjadi yang paling di cari oleh penggemarnya.
Sejarah dalam Media
Bika Ambon sudah di kenal jauh sebelum kemunculannya sebagai oleh-oleh khas Medan. Bahkan pada 26 Agustus 1933, sebuah koran Belanda, De Locomotief, memuat iklan tentang Bikang Ambon di Kota Semarang. Koran yang sama juga pernah menulis tentang Bikang Ambon pada tahun 1896 di Kwitang, Batavia (sekarang Jakarta). Ini menunjukkan bahwa kue ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda dan di kenal luas di kalangan masyarakat Indonesia pada masa itu.
Kesimpulan
Bika Ambon adalah contoh yang sempurna dari bagaimana makanan tradisional Indonesia dapat bertahan dan berkembang meskipun ada berbagai versi tentang asal-usulnya. Baik itu terkait dengan nama yang berhubungan dengan Simpang Jalan Ambon-Sei Kera, atau singkatan Amplas Kebon, atau bahkan kaitannya dengan kosakata lokal Medan, Bika Ambon tetap menjadi simbol kuliner yang terkenal.
Kini, Bika Ambon bukan hanya milik masyarakat Medan, tetapi sudah menjadi ikon kuliner Indonesia yang di gemari banyak orang. Bagi yang berkunjung ke Medan, jangan lupa untuk membawa pulang Bika Ambon sebagai oleh-oleh yang tak hanya menggoda lidah, tetapi juga kaya akan cerita dan sejarah.